Puisi berjudul Hujan Untuk Kita karya John Lae. Terdapat dua judul yakni Setelah Hujan Pertama dan Hujan Untuk Kita
Baca Juga :Setelah Hujan Pertama
Dedaunan angsana tercecer di hati
Lumpur ada di bibir yang keriput
Setelah seharian mendung duduk
Berdandankan terik yang sembunyi-sembunyi
Hujan pertama tiba ketika gersang
Tumbuh di setiap hati yang berharap
Angsana tetap menyimpan hijau
Agar hidup bisa berlanjut sepuluh tahun lagi
Setelah hujan pertama
Bocah-bocah ingusan kuyup
Berdiri di bawah angsana sambil menggigil
Hujan adalah jawaban untuk kita
Untuk dahaga panjang sejak juni hingga oktober
Yang menguras peluh dan perih
Dan hujan untuk kita
Melepas rindu yang penat
Pada ruas-ruas daun pepaya
(Mena, 21 November 2020)
Dedaunan angsana tercecer di hati
Lumpur ada di bibir yang keriput
Setelah seharian mendung duduk
Berdandankan terik yang sembunyi-sembunyi
Hujan pertama tiba ketika gersang
Tumbuh di setiap hati yang berharap
Angsana tetap menyimpan hijau
Agar hidup bisa berlanjut sepuluh tahun lagi
Setelah hujan pertama
Bocah-bocah ingusan kuyup
Berdiri di bawah angsana sambil menggigil
Rerumputan dekat gereja bercerita
Tentang sabtu yang ceria
Dihiasi hujan pertama
Hujan Untuk Kita
Kita adalah penantian pertengahan november
Yang kerap berjibaku dengan gejolak harap yang liar
Tentang terik yang butuh ritual semalam agar dapat
Jeda di pemutaran waktu.
Tentang sabtu yang ceria
Dihiasi hujan pertama
Hujan Untuk Kita
Kita adalah penantian pertengahan november
Yang kerap berjibaku dengan gejolak harap yang liar
Tentang terik yang butuh ritual semalam agar dapat
Jeda di pemutaran waktu.
Hujan adalah jawaban untuk kita
Untuk dahaga panjang sejak juni hingga oktober
Yang menguras peluh dan perih
Dan hujan untuk kita
Melepas rindu yang penat
Pada ruas-ruas daun pepaya
(Mena, 21 November 2020)
Penulis : John Lae