Membaca dapat mengenal dunia, menulis akan dikenal dunia. Kemajuan bangsa Indonesia dalam menghadapi revolusi industri adalah prioritas anak muda
Baca Juga :Melansir dari m.detik.com beberapa survey yang dilakukan guna mengetahui minat baca Indonesia menduduki posisi yang rendah. Hasil penelitian dari Program for International Student Assessement (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) pada tahun 2015 menunjukkan Indonesia rangking 62 dari 70 negara. Kemudian di tahun 2016 Indonesia menduduki peringkat literasi ke-60 dari 61 negara bertajuk World’s Mostt Literate Nation’s produk dari Central Connecticut State University (CCSU).
Bukan berarti rendahnya peringkat Indonesia melambangkan minat baca masyarakat Indonesia, terutama anak muda itu lemah. Kecanggihan globalisasi serta tuntutan Revolusi Industri 4.0. menjadikan elektronik merajai pangsa pasar. Meski bukan buku, setiap harinya mereka selalu disuguhi bacaan-bacaan melalui akun dari media sosial yang mereka punya. Anak muda Indonesia atau yang lebih bergengsi dengan sebutan generasi millennial dan generasi Z tidak pernah tinggal diam dalam menyikapi segala permasalahan bangsa ini, apalagi dalam hal minat baca.
Dewasa ini sudah banyak berdiri komunitas-komunitas yang digaungi oleh anak muda Indonesia guna mencipta perubahan bagi bangsa ini ke depannya. Mengetahui bangsa ini sedang diambang permasalahan, anak muda akan bangkit dan menarik kawannya untuk menata kembali tatanan yang hampir rapuh. Memasuki era revolusi industri 4.0. memang harus dibarengi dengan kesiapan yang matang. Jika tidak maka akan kalah saing dengan negara-negara lain. Hampir seluruh negara di dunia berbondong-bondong menyiapkan muda-mudi yang mereka miliki dalam menghadapi segala situasi di era revolusi industri 4.0.
Dikarenakan daya saing yang cukup tinggi maka anak muda Indonesia harus mempersiapkannya sejak dini. Anak muda yang bergabung dalam beberapa komunitas sering kali melakukan blusukan ke beberapa wilayah pelosok Indonesia yang memiliki kesulitan akses, utamanya pendidikan. Masyarakat dengan kultur pendidikan yang kuat tidak akan mudah dibohongi dan selalu siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Sejatinya bangsa yang dilandasi dengan pendidikan kuat akan ditakuti negara lain.
Indonesia pernah dijajah beberapa kali oleh negara-negara dari benua Eropa dan berabad-abad tahun menghadapi kepahitan kebodohan, kemiskinan, penganiayaan, dan perlakuan tidak manusiawi lainnya. Saat Indonesia dijajah, negara kolonial tidak mengizinkan kaum pribumi mendapatkan pengetahuan dari bangku pendidikan. Hingga peraturan agak dilonggarkan dan banyak anak pribumi yang mampu mengenyam pendidikan hingga jenjang yang tinggi, hanya saja semua terbatas kasta. Dikarenakan pendidikan yang mereka peroleh, perlawanan pun dimulai baik secara individual maupun kelompok. Akibatnya Indonesia mampu merdeka dengan usaha kaum pribumi tepat pada tanggal 17 Agustus 1945.
Semua kepahitan akan berlalu jika anak bangsa ini mau bergerak dan maju. Bung Karno, Presiden Republik Indonesia pertama, sering kali menancapkan kata-kata motivasi guna terus menggairahkan semangat bagi bangsa ini “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia,” “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tapi seorang pemuda mampu mengubah dunia!” kata-kata Soekarno menjadi dobrakan bagi anak muda untuk terus bangkit dari keterpurukan dan membawa semangat perubahan bagi bangsa ini.
Upaya penggait literasi terus dilakukan baik oleh pemerintah, instansi, komunitas, maupun individu. Dengan visi dan misi yang digaungkan mereka terus berusaha menciptakan perubahan besar untuk bangsa ini. Pemerintah pusat melalui Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) memberlakukan Duta Baca yang saat ini dinahkodai oleh Najwa Shihab, motivator sekaligus wadah inspirasi anak muda di era millennial. Instansi menggalakkan beberapa perpustakaan di setiap daerah maupun sekolah serta program-program lain yang didaktis melalui iklan ataupun sejenisnya.
Sementara kelompok (komunitas) sering kali dimotori oleh individu yang melek akan pendidikan. Mayoritas mereka merupakan aktivis yang terus menggaungkan perubahan (positif) di manapun tempatnya berpijak. Komunitas literasi bahkan sudah banyak di media massa, baik cetak maupun elektronik. Kelakuan-kelakuan mereka membawa dampak positif bagi sesama yang merasa membutuhkan. Kegiatan-kegiatan positif yang digaungi anak muda harus berkembang dan dilestarikan dengan model selaras zaman yang berlaku.
Misalnya memanfaatkan game online, aplikasi yang dapat diunduh dengan gratis di apps store maupun play store, mengaitkan literasi dengan hobi, dan lain sebagainya. Karena anak muda zaman sekarang lebih menyukai pendekatan-pendekatan yang bersifat persuasif daripada pemaksaan kehendak yang membuat jiwanya memberontak. Anak muda adalah investasi terbesar suatu bangsa, digenggaman anak muda nasib suatu bangsa dipertaruhkan. Jadilah anak muda yang kisahnya akan ditulis dengan tinta emas. Membaca dapat mengenal dunia, menulis akan dikenal dunia. Kemajuan dan kesiapan bangsa Indonesia dalam menghadapi revolusi industri adalah prioritas anak muda.
Penulis : Syfana Amalena [Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya]
Bukan berarti rendahnya peringkat Indonesia melambangkan minat baca masyarakat Indonesia, terutama anak muda itu lemah. Kecanggihan globalisasi serta tuntutan Revolusi Industri 4.0. menjadikan elektronik merajai pangsa pasar. Meski bukan buku, setiap harinya mereka selalu disuguhi bacaan-bacaan melalui akun dari media sosial yang mereka punya. Anak muda Indonesia atau yang lebih bergengsi dengan sebutan generasi millennial dan generasi Z tidak pernah tinggal diam dalam menyikapi segala permasalahan bangsa ini, apalagi dalam hal minat baca.
Dewasa ini sudah banyak berdiri komunitas-komunitas yang digaungi oleh anak muda Indonesia guna mencipta perubahan bagi bangsa ini ke depannya. Mengetahui bangsa ini sedang diambang permasalahan, anak muda akan bangkit dan menarik kawannya untuk menata kembali tatanan yang hampir rapuh. Memasuki era revolusi industri 4.0. memang harus dibarengi dengan kesiapan yang matang. Jika tidak maka akan kalah saing dengan negara-negara lain. Hampir seluruh negara di dunia berbondong-bondong menyiapkan muda-mudi yang mereka miliki dalam menghadapi segala situasi di era revolusi industri 4.0.
Dikarenakan daya saing yang cukup tinggi maka anak muda Indonesia harus mempersiapkannya sejak dini. Anak muda yang bergabung dalam beberapa komunitas sering kali melakukan blusukan ke beberapa wilayah pelosok Indonesia yang memiliki kesulitan akses, utamanya pendidikan. Masyarakat dengan kultur pendidikan yang kuat tidak akan mudah dibohongi dan selalu siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Sejatinya bangsa yang dilandasi dengan pendidikan kuat akan ditakuti negara lain.
Indonesia pernah dijajah beberapa kali oleh negara-negara dari benua Eropa dan berabad-abad tahun menghadapi kepahitan kebodohan, kemiskinan, penganiayaan, dan perlakuan tidak manusiawi lainnya. Saat Indonesia dijajah, negara kolonial tidak mengizinkan kaum pribumi mendapatkan pengetahuan dari bangku pendidikan. Hingga peraturan agak dilonggarkan dan banyak anak pribumi yang mampu mengenyam pendidikan hingga jenjang yang tinggi, hanya saja semua terbatas kasta. Dikarenakan pendidikan yang mereka peroleh, perlawanan pun dimulai baik secara individual maupun kelompok. Akibatnya Indonesia mampu merdeka dengan usaha kaum pribumi tepat pada tanggal 17 Agustus 1945.
Semua kepahitan akan berlalu jika anak bangsa ini mau bergerak dan maju. Bung Karno, Presiden Republik Indonesia pertama, sering kali menancapkan kata-kata motivasi guna terus menggairahkan semangat bagi bangsa ini “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia,” “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tapi seorang pemuda mampu mengubah dunia!” kata-kata Soekarno menjadi dobrakan bagi anak muda untuk terus bangkit dari keterpurukan dan membawa semangat perubahan bagi bangsa ini.
Upaya penggait literasi terus dilakukan baik oleh pemerintah, instansi, komunitas, maupun individu. Dengan visi dan misi yang digaungkan mereka terus berusaha menciptakan perubahan besar untuk bangsa ini. Pemerintah pusat melalui Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) memberlakukan Duta Baca yang saat ini dinahkodai oleh Najwa Shihab, motivator sekaligus wadah inspirasi anak muda di era millennial. Instansi menggalakkan beberapa perpustakaan di setiap daerah maupun sekolah serta program-program lain yang didaktis melalui iklan ataupun sejenisnya.
Sementara kelompok (komunitas) sering kali dimotori oleh individu yang melek akan pendidikan. Mayoritas mereka merupakan aktivis yang terus menggaungkan perubahan (positif) di manapun tempatnya berpijak. Komunitas literasi bahkan sudah banyak di media massa, baik cetak maupun elektronik. Kelakuan-kelakuan mereka membawa dampak positif bagi sesama yang merasa membutuhkan. Kegiatan-kegiatan positif yang digaungi anak muda harus berkembang dan dilestarikan dengan model selaras zaman yang berlaku.
Misalnya memanfaatkan game online, aplikasi yang dapat diunduh dengan gratis di apps store maupun play store, mengaitkan literasi dengan hobi, dan lain sebagainya. Karena anak muda zaman sekarang lebih menyukai pendekatan-pendekatan yang bersifat persuasif daripada pemaksaan kehendak yang membuat jiwanya memberontak. Anak muda adalah investasi terbesar suatu bangsa, digenggaman anak muda nasib suatu bangsa dipertaruhkan. Jadilah anak muda yang kisahnya akan ditulis dengan tinta emas. Membaca dapat mengenal dunia, menulis akan dikenal dunia. Kemajuan dan kesiapan bangsa Indonesia dalam menghadapi revolusi industri adalah prioritas anak muda.
Penulis : Syfana Amalena [Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya]