Oktober 2017 kembali bersemi dengan sejuta mimpi yang hendak kugapai. Berbagai strategi telah kusiapkan untuk diluncurkan dalam meraih mimpi...
Baca Juga :Oktober 2017 kembali bersemi dengan sejuta mimpi yang hendak kugapai. Berbagai strategi telah kusiapkan untuk diluncurkan dalam meraih mimpi. Namun, apalah daya kenyataan ini harus menghantuiku. Pahlawan terbesar dalam hidupku alias ayahku harus menghembuskan nafas terakhirnya di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gabriel Manek Atambua dengan diagnosa penyakit hepatitis tingkat akhir.
![]() |
Photo : Via Pexels.com |
Diriku seperti kesetrom listrik ketika berita itu menukik ditelingaku. Ruang kehampaan kini telah menyelimuti pikiran dan perasaanku. Setitik air mata tak berhembus dari kelopak mata ini. Tak ada satu pertanyaan pun yang terlontar dari mulutku, tentang smua ini. Suasana diam membisu dengan punuh kehampaan sedang berkompromi dengan diriku untuk bisa menerima semuanya ini.
Waktu terus bergulir, dan aku harus bangkit dari semua keadaan ini. Hasil permenungan menghantar aku pada kesadaran bahwa semuanya itu merupakan bagian dari rencana Tuhan. Aku harus bangkit dan kuat untuk mampu menerobos kabut hidup yang telah menyelimutiku.
Seminari santa Maria Imaculata Lalian adalah tempat baru dan suasana baru untuk kembali merajut cita-citaku dengan mimpi-mimpi yang baru. Bersekolah di sekolah yang favorit dan elegan dimata umat katolik bukan hal yang mudah bagiku. Ada begitu banyak kriteria yang harus dipenuhi sebelum manjadi warga seminari. Ada begitu banyak tantangan pula yang tentunya harus aku gumuli di sini.
Dukungan dan motivasi dari keluarga dan sahabat yang telah digaungkan, kini menjadi lantera kehidupan disetiap pijakanku. Aku menjadi semakin betah dengan suasana ini. Aku menjadi semakin tekun dalam menggeluti mimpi ini menjadi imam Tuhan. Semangat yang menggelora terus bergemah dalam perjuanganku.
Hidupku semakin berubah. Cara berpikir pun ikut berubah ketika tenggelam dalam kolam hidup seminari. Pola dan gaya didikanmu telah mampu menggilas habis semua kebiasaan buruk yang telah terpelihara sejak lama. Segala tantangan yang silih berganti, aku lalui dengan baik. Aku semakin menemukan arti hidup di tempat ini. Lalian, Engkau luar biasa..
Takdir berkata lain. Kehampaan kembali menyelimutiku. Aku jatuh sakit. Tubuhkan dipenuhi dengan luka hingga tak berdaya. Mengapa ini harus datang padaku? Apakah ini cobaan atau siksaan dari Tuhan untukku? Tuhan mengkin tidak lagi mencintaiku. Aku harus menyerah dan pasrah pada keadaan ini. Kepasrahaan ini membuatku, harus pergi dari seminari. Kecewa yang mendalam kembali menghampiri karena aku bukan lagi menjadi warga seminari. Hati ini tidak bisa menerima keadaan yang ada.
Namun, Tuhan sungguh baik. RancanaNya memang indah dalam hidupku. Aku kembali menjadi sembuh dan menjalani hidup seperti biasa, meskipun seminari bukan lagi kembali menjadi ruang cita-citaku.
Waktu terus bergulir, dan aku harus bangkit dari semua keadaan ini. Hasil permenungan menghantar aku pada kesadaran bahwa semuanya itu merupakan bagian dari rencana Tuhan. Aku harus bangkit dan kuat untuk mampu menerobos kabut hidup yang telah menyelimutiku.
Seminari santa Maria Imaculata Lalian adalah tempat baru dan suasana baru untuk kembali merajut cita-citaku dengan mimpi-mimpi yang baru. Bersekolah di sekolah yang favorit dan elegan dimata umat katolik bukan hal yang mudah bagiku. Ada begitu banyak kriteria yang harus dipenuhi sebelum manjadi warga seminari. Ada begitu banyak tantangan pula yang tentunya harus aku gumuli di sini.
Dukungan dan motivasi dari keluarga dan sahabat yang telah digaungkan, kini menjadi lantera kehidupan disetiap pijakanku. Aku menjadi semakin betah dengan suasana ini. Aku menjadi semakin tekun dalam menggeluti mimpi ini menjadi imam Tuhan. Semangat yang menggelora terus bergemah dalam perjuanganku.
Hidupku semakin berubah. Cara berpikir pun ikut berubah ketika tenggelam dalam kolam hidup seminari. Pola dan gaya didikanmu telah mampu menggilas habis semua kebiasaan buruk yang telah terpelihara sejak lama. Segala tantangan yang silih berganti, aku lalui dengan baik. Aku semakin menemukan arti hidup di tempat ini. Lalian, Engkau luar biasa..
Takdir berkata lain. Kehampaan kembali menyelimutiku. Aku jatuh sakit. Tubuhkan dipenuhi dengan luka hingga tak berdaya. Mengapa ini harus datang padaku? Apakah ini cobaan atau siksaan dari Tuhan untukku? Tuhan mengkin tidak lagi mencintaiku. Aku harus menyerah dan pasrah pada keadaan ini. Kepasrahaan ini membuatku, harus pergi dari seminari. Kecewa yang mendalam kembali menghampiri karena aku bukan lagi menjadi warga seminari. Hati ini tidak bisa menerima keadaan yang ada.
Namun, Tuhan sungguh baik. RancanaNya memang indah dalam hidupku. Aku kembali menjadi sembuh dan menjalani hidup seperti biasa, meskipun seminari bukan lagi kembali menjadi ruang cita-citaku.
Karena kebaikan Tuhan, aku diberi ruang untuk kembali menggumuli cita-citaku di sebuah sekalah dekat rumahku. Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) sta. Filomena, sekolah semi-seminari menjadi lembaran baru untuk kembali mengukir kisah. Suasana dan orang-orang baru yang ada, membuat hidupku kembali cerah.
Tak pernah kubayangkan, jika akan diterima di tempat ini. Merasa dicintai dan mencintai adalah bagian terkecil dari perjalanan hidupku. Dan ini yang terus kusyukuri di setiap tarikan nafas hidupku ini.
Tak pernah kubayangkan, jika akan diterima di tempat ini. Merasa dicintai dan mencintai adalah bagian terkecil dari perjalanan hidupku. Dan ini yang terus kusyukuri di setiap tarikan nafas hidupku ini.
Salam Literasi.
Penulis : Ginto Wangge [Siswa Kelas XI IPS SMAK sta. Filomena]
Penulis : Ginto Wangge [Siswa Kelas XI IPS SMAK sta. Filomena]
Editor : Beny Akoit