Puisi tentang suasana COVID-19, berjudul "Karantina", karya Jesentia Marsistela Bupu
Baca Juga :Terdiam membisu bagaikan lubang tak berpenghuni,
Memandang gelap kedalam seperti tak ada cahaya.
Membingungkan, seperti memecahkan soal tanpa adanya penjelasan.
Memandang gelap kedalam seperti tak ada cahaya.
Membingungkan, seperti memecahkan soal tanpa adanya penjelasan.
Rasa mencekam yang memburu hati dengan puluhan peluru bersenjata
virus, sesak di dada.
Kesunyian dengan kesendirian tanpa tahu kapan batasnya,
Berada di sini dengan rasa takut yang mendalam.
Itulah Karantina!
Tapi?!
Tahukahkamu?apa makna sebenarnya yang terkandung dalam semua ini?
Tahukan kamu apa sebenarnya yang terjadi?
Tahukah kamu seharusnya apa yang harus dunia pikirkan?
Apakah virus Corona? Covid_19 yang merajalela itu?
Bukan!
Ketahuilah!
Tempat suci kita sepi.
Yerusalem tempat kelahiran Yesus,
Gunung kalvari tempat yesus disalibkan,
Kha'abah sepi tanpa penghuni.
Sholat Jumat seperti sudah tak ada lagi.
Rumah Tuhan seolah bukan hak kita.
Misa mingguan?Ah, Pastor bahkan seperti terpisah jauh dari wilayah kita,
menggunakan tekhnologi sebagai penghubung.
Kesunyian itu,
dan Kesunyian ini.
Kesunyian tanpa pertemuan,
Kesunyian tanpa kepastian.
Renungkan.
Keberadaan Tuhan sungguh nyata dalam kesunyian ini.
Membiarkan Nurani kita yang berbicara dengan DIA.
Rumah Tuhan adalah kita,
Rumah_Nya ada dalam hati kita.
Virus itu!
Covid_19 telah menyadarkan kita akan kesunyian penuh arti dengan Tuhan kita!
Itulah Makna Karantina Sunyi
Hati Ini”Takut?
Semua orang merasakannya.
Takut kehilangan,
Takut tak bisa makan,
Takut mati kelaparan,
Lebih-Lebih Takut Dengan Corona.
TUHAN SEGALA BANGSA.
DIA-lah, penolong yang terbaik.
Menolong tanpa sejata,
Menolong melalui do’a kita.
Percayalah.
Semua akan indah pada waktunya.
Kesabaran dan doa kita adalah gerbang masuk ke dunia kita.
Dunia itu,
Dunia yang dulu,
Dunia yang kita lalui bersama,
Dunia pertama yang kita tempuh.
Karantina ini tidak akan berlangsung lama, ketika kita mengindahkannya.
Tidak akan membosankan jika kita menikmatinya.
Menikmati?!kata itu bahkan seolah arti hampa yang kita singkirkan.
Namun, Menikmati disini, tertuju kepada pencarian makna tersirat atas semuanya.
Ini akan berakhir_
Karantina ini,
yang pada hakikatnya merupakan suatu jejak yang akan,
harus dan telah kita pijaki dalam siklus waktu menuju Dunia Itu,
Bumi Kita.
Melihat dengan Senyum Menghiasi Wajah,
Tawa menjadi jendela,
Dengan barisan gigi penuh kemenangan.
Melihat Bumi kita sembuh,
Melihat dunia kita pulih,
Melihat hari kita seperti baru,
Melihat jejak yang pernah hilang digantikan Karantina.
Merekonstruksi kembali kebersamaan
Aku, Kamu, Kita dan Mereka. Jejak yang seakan telah kita lupakan.
Namun, jejak itu selalu kita pijak pada siklus waktu dunia kita.
Karantina Bukan Cuma Solusi
Karantina adalah Makna Terpendam
Makna haluan,
Makna renungan,
Makna kenangan,
Makna sejarah,