Baca Juga :
Indonesia dengan keanekaragaman budaya, agama, suku, bahasa yang dimilikinya menunjukkan sebagai salah satu bangsa yang memiliki masyarakat multikultural. Keanekaragaman ini menjadi rahmat tersendiri bagi kita bangsa Indonesia jika keragaman itu dapat dikelola dengan baik. Namun, pluralitas demikian dapat menjadi tantangan jika kita tidak menyikapi dengan arif dan bijaksana. Pluralitas yang memiliki tantangan tersebut dapat menjadi ancaman perpecahan dan persatuan yang dapat mengganggu sila ke-3 dari Pancasila yakni Persatuan Indonesia. Dalam masyarakat Indonesia yang multikultural tersebut, sikap keberagamaan yang eksklusif yang hanya mengakui tentang kebenaran dan keselamatan secara sepihak tentu dapat menimbulkan gerakan antar kelompok beragama.
Masyarakat Indonesia yang beragam ini tidak tertutup kemungkinan untuk tidak mengalami perpecahan. Melihat realita yang terjadi di Indonesia saat ini kasus terkait intoleransi dan radikalisme patut untuk dibahas. Untuk itu untuk mencegah arus intoleransi dan radikalisme pada masyarakat Indonesia dapat kita lakukan dengan moderasi beragama yang dapat kita lakukan dengan terstruktur. Moderasi beragama memerlukan rekonstruksi budaya dan dilakukan melalui pendidikan, terutama pendidikan di dalam keluarga.
Baca Juga : Solidaritas Sosial Vs Media Sosial (Perayaan Pesta Intan : 75 Tahun Indonesia Merdeka)
Keluarga sebagai wahana pertama dan utama pendidikan tentunya harus menjadi sumber yang vital untuk mendidik anak-anak untuk menjadi manusia yang menjunjung toleransi. Sebagai Negara yang menganut keberagaman tentunya penting bagi kita untuk menumbuhkan sikap toleransi sedari kecil agar dikemudian hari terhindar dari yang namanya intoleransi dan radikalisme. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk mengangkat tema ini.
Pentingnya Moderasi Beragama Guna Cegah Arus Intoleransi Dan Radikalisme Di Indonesia
Moderasi beragama dapat dipahami sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah-tengah. Selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrim kiri dalam beragama. Sangat penting bagi kita sebagai Negara pluralis untuk menjadikan moderasi beragama sebagai enabler dalam menjaga toleransi. Kita tahu bahwa akhir-akhir ini keragaman Indonesia sedang di uji, dimana sikap keragaman yang ekstrem diekspresikan oleh sekelompok orang atas nama agama, tidak hanya di media sosial, tapi juga di jalanan. Adanya kelompok masyarakat yang bersikap eksklusif, eksplosif, serta intoleran dan radikalisme dengan mengatasnamakan agama.
Baca Juga : 75 Tahun Indonesia: Sebuah Refleksi Kebangsaan
Konflik keagamaan yang banyak terjadi di Indonesia, umumnya dipicu atas sikap yang eksklusif, serta adanya kontestasi antar kelompok agama dalam meraih dukungan umat yang tidak dilandasi sikap toleransi, karena masing-masing mereka mempunyai kekuatan masing-masing untuk menang sehingga pada akhirnya memicu konflik. Dengan demikian moderasi beragama merupakan sebuah jalan tengah di tengah keberagaman agama Indonesia.
Dalam masyarakat Indonesia yang multikultural tersebut, sikap keberagaman yang eksklusif yang hanya mengakui tentang kebenaran dan keselamatan secara sepihak tentu dapat menimbulkan gerakan antar kelompok beragama. Kemudian bahaya radikalisme keagamaan memang merupakan problem bersama. Tetapi penting untuk menjelaskan terlebih dahulu apa yang disebut bahaya radikalisme itu.
“Radikalisme adalah upaya sistematis yang dilakukan individu atau kelompok untuk melakukan perubahan radikal sampai ke akar-akarnya dengan kekerasan,”
Di era digital, dalam ruang lingkup kompetisi global, disrupsi sosial politik juga terjadi di masyarakat dan juga perubahan-perubahan yang terjadi dalam dinamika umat beragama. Untuk itu perlunya melakukan upaya yang sistematis, masif, dan terstruktur menghadapi bahaya radikalisme. Tidak bisa hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sporadis.
Harus ada upaya fundamental untuk bisa mencegah penetrasi radikalisme di dalam masyarakat saat ini. Harus ada upaya untuk terus mengkampanyekan dan mempromosikan kontra-narasi terhadap gejala radikalisme. Ide-ide menghormati keragaman yang berbeda, menghormati jalan pikiran yang berbeda, dan menghargai perbedaan pendapat harus berkembang sebagai semangat bersama.
Baca Juga : Kejam Jika Sudah Rasis Sejak Dalam Pikiran Apalagi Berbuat
Program-program yang mengajarkan tentang nasionalisme dan cinta tanah air harus berkembang menjadi kampanye yang inklusif dan demokratis. Pendidikan-pendidikan seperti ini yang mampu menghalau radikalisme di lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan atau pengajaran beragama yang inklusif harus mampu menghadirkan konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia sebagai hal yang mempersatukan berbagai latar yang berbeda.
Oleh karena itu, moderasi agama penting bagi kita untuk cegah intoleransi dan radikalisme di Indonesia ini. Sebagai Negara yang multikultural penting bagi kita untuk menjaga keberagaman agar tidak tergerus oleh zaman.
Penulis : Suci Kurnia Putri [Mahasiswa Universitas Negeri Padang]
![]() |
Via balitbangdiklat.kemenag.go.id |
Baca Juga : Solidaritas Sosial Vs Media Sosial (Perayaan Pesta Intan : 75 Tahun Indonesia Merdeka)
Keluarga sebagai wahana pertama dan utama pendidikan tentunya harus menjadi sumber yang vital untuk mendidik anak-anak untuk menjadi manusia yang menjunjung toleransi. Sebagai Negara yang menganut keberagaman tentunya penting bagi kita untuk menumbuhkan sikap toleransi sedari kecil agar dikemudian hari terhindar dari yang namanya intoleransi dan radikalisme. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk mengangkat tema ini.
Pentingnya Moderasi Beragama Guna Cegah Arus Intoleransi Dan Radikalisme Di Indonesia
Moderasi beragama dapat dipahami sebagai cara pandang, sikap, dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah-tengah. Selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrim kiri dalam beragama. Sangat penting bagi kita sebagai Negara pluralis untuk menjadikan moderasi beragama sebagai enabler dalam menjaga toleransi. Kita tahu bahwa akhir-akhir ini keragaman Indonesia sedang di uji, dimana sikap keragaman yang ekstrem diekspresikan oleh sekelompok orang atas nama agama, tidak hanya di media sosial, tapi juga di jalanan. Adanya kelompok masyarakat yang bersikap eksklusif, eksplosif, serta intoleran dan radikalisme dengan mengatasnamakan agama.
Baca Juga : 75 Tahun Indonesia: Sebuah Refleksi Kebangsaan
Konflik keagamaan yang banyak terjadi di Indonesia, umumnya dipicu atas sikap yang eksklusif, serta adanya kontestasi antar kelompok agama dalam meraih dukungan umat yang tidak dilandasi sikap toleransi, karena masing-masing mereka mempunyai kekuatan masing-masing untuk menang sehingga pada akhirnya memicu konflik. Dengan demikian moderasi beragama merupakan sebuah jalan tengah di tengah keberagaman agama Indonesia.
Dalam masyarakat Indonesia yang multikultural tersebut, sikap keberagaman yang eksklusif yang hanya mengakui tentang kebenaran dan keselamatan secara sepihak tentu dapat menimbulkan gerakan antar kelompok beragama. Kemudian bahaya radikalisme keagamaan memang merupakan problem bersama. Tetapi penting untuk menjelaskan terlebih dahulu apa yang disebut bahaya radikalisme itu.
“Radikalisme adalah upaya sistematis yang dilakukan individu atau kelompok untuk melakukan perubahan radikal sampai ke akar-akarnya dengan kekerasan,”
Di era digital, dalam ruang lingkup kompetisi global, disrupsi sosial politik juga terjadi di masyarakat dan juga perubahan-perubahan yang terjadi dalam dinamika umat beragama. Untuk itu perlunya melakukan upaya yang sistematis, masif, dan terstruktur menghadapi bahaya radikalisme. Tidak bisa hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sporadis.
Harus ada upaya fundamental untuk bisa mencegah penetrasi radikalisme di dalam masyarakat saat ini. Harus ada upaya untuk terus mengkampanyekan dan mempromosikan kontra-narasi terhadap gejala radikalisme. Ide-ide menghormati keragaman yang berbeda, menghormati jalan pikiran yang berbeda, dan menghargai perbedaan pendapat harus berkembang sebagai semangat bersama.
Baca Juga : Kejam Jika Sudah Rasis Sejak Dalam Pikiran Apalagi Berbuat
Program-program yang mengajarkan tentang nasionalisme dan cinta tanah air harus berkembang menjadi kampanye yang inklusif dan demokratis. Pendidikan-pendidikan seperti ini yang mampu menghalau radikalisme di lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan atau pengajaran beragama yang inklusif harus mampu menghadirkan konteks berbangsa dan bernegara di Indonesia sebagai hal yang mempersatukan berbagai latar yang berbeda.
Oleh karena itu, moderasi agama penting bagi kita untuk cegah intoleransi dan radikalisme di Indonesia ini. Sebagai Negara yang multikultural penting bagi kita untuk menjaga keberagaman agar tidak tergerus oleh zaman.
Penulis : Suci Kurnia Putri [Mahasiswa Universitas Negeri Padang]