Aku menulis surat ini, untuk kau yang teramat dia cintai namun tak pernah kau pedulikan. Entah kamu benar tidak tahu, atau pura-pura tida...
Baca Juga :
Aku menulis surat ini, untuk kau yang teramat dia cintai namun tak pernah kau pedulikan.
Entah kamu benar tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu.Apa dia harus cantik agar kau bisa sedetik saja peduli padanya
apa dia juga harus lembut suaranya
agar kau bisa rajin memnaggilnya lewat ponselmu?
Apa dia harus seindah senja
agar kau bisa duduk sejenak unuk menatapnya?
apa dia harus menjadi kopi, yang selalu kau cari saat sepi menyiksa?
![]() |
Via Pexels.com |
Aku mengenalnya,
sejak kami masih sama-sama berlari di tengah hujan
untuk melepas panas di tengah siang yang membakar
hingga kami dewasa dan sadar untuk memilih
berjalan di tengah hujan bukan karena panas yang membakar
tapi agar tangis kami tidak terlihat olah apapun
Pernahkah kamu berpikir, setiap kali kau bertemu, dan kita bertemu
betapa suara dan nada suaranya untukmu teramat lembut di banding terhadap kami dan lainnya?
pernahkah kamu menyadari, ketika mulutnya berusaha merangkai kata demi kata
untukmu, dia berbicara untukmu, namun matanya menatap jauh ke dalam hitam matamu yang menyiksanya?
untuk melepas panas di tengah siang yang membakar
hingga kami dewasa dan sadar untuk memilih
berjalan di tengah hujan bukan karena panas yang membakar
tapi agar tangis kami tidak terlihat olah apapun
Pernahkah kamu berpikir, setiap kali kau bertemu, dan kita bertemu
betapa suara dan nada suaranya untukmu teramat lembut di banding terhadap kami dan lainnya?
pernahkah kamu menyadari, ketika mulutnya berusaha merangkai kata demi kata
untukmu, dia berbicara untukmu, namun matanya menatap jauh ke dalam hitam matamu yang menyiksanya?
jika rindu adalah siksa
maka malamnya adalah derita,
karena betapa dia tersiksa menghitung detik demi detik waktu
berharap mentari segera datang dan membawa malam pergi?
agar bisa kembali berjumpa denganmu
jika kamu adalah harapan,
maka malamnya juga akan menjadi tiap asa yang terajut dalam mimpi .
mimpi apa?
aku pikir memimpikanmu adalah kenyataan yang nyata
karena tak jarang aku juga terbangun di tengah kelam malam
saat namamu terucap dari bibirnya?
tapi kamu tahu?
dia tidak terlalu mengingatku, seluruh waktunya habis hanya untuk memikirkanmu
kamu perlu tahu
dia terlalu mengagumimu
senyumnya adalah paling terindah baginya
Pada suatu waktu, dia menangis
aku bertanya, mengapa begitu banyak air mata yang kau teteskan hari ini?dia memanggilku duduk di sampingnya
dengan wajah memerah dia bilang
kemarilah, akan ku ceritakan bagaimana berjuang tanpa di pedulikan.
Cinta itu kejam, dia tidak pernah memberi waktu untuk memilikh kepada siapa hati ini akan di jatuhkan.
aku tersenyum aku bilang, kamu berhak menangis, teriaklah sekeras-kerasnya, bukan kamu saja yang sakit, aku juga..
besok nanti kemarilah ke bilikku aku ingin menceritakan padamu juga sesaknya menaham rindu tanpa adanya temu yang pasti.
ku berharap bohongku itu bisa sekedar membuatnya tidak merasa paling terpuruk di dunia ini.
apa kamu tidak sedikitpun memahami hatinya yang begitu dalam mencintaimu?
namamu adalah kata dalam setiap doa-doanya
aku bersamanya dan aku memahaminya
pernah ku marah karena dalamnya rasa cintanya untukmu
dia dia bilang "kamu tahu apa soal hati"
aku terdiam karena yang kutahu adalah jika cinta memanggilmu maka peluknya dia dalam cinta, terbanglah bersamanya, walau pedang di celah sayapnya akan melukaimu.
mungkinkah pedang itu yang sedang melukai hati terlembut perempuan yang telah menjadi seperti saudari bagiku
ya sudahlah
aku ingin membencimu tapi itu bukan kapasitaskudia mencintaimu sampai nafas terakhirnya.
aku coba ceritakan padamu kali ini, walau setiap kali mengingat kisah ini, aku ingin menjadi amnesia
kisah ini sangat tragis,mengerikan dan menyakitkan untuk ku kenang, aku berdoa selama ini untuk jika bisa peristiwa ini terhapus dari ingatanku.
waktu itu senja, di kaki bukit yang sangat senjuk.
jalanan sangat sepi, namun indah, tatkala angin semilir menyapu hamparan kembang matahari
membwa arona wanginya dalam setiap hembusan nafas.
5 hari sebelum keberangkatanku, aku pergi ke rumahnya.
dia menungguku dengan secerek teh khas Timor dan kami duduk di depan rumahnya di bawah pohon beringin. Dia bertanya tentang persiapanku untuk studiku di seberang pulau nanti. kami bercerita sambil menikmati kopi hitam.
banyak yang ku ceritakan kepadanya. ku titipkan diari SMP SMA ku kepadanya untuk di simpan setelah ku kunci. dan sebaliknya dia pun memberikan diarinya kepadaku setelah di kunci.
aku masih sedikit dongkol membaca namamu yang tertulis dengan bolpoin di sisi kanan atas sampul depan diarinya, karena aku tahu dia sangat menyukaimu namun kau tak pernah peduli padanya.
CALISHTO.
Senja perlahan pergi, jingga nun indah mulai menghitam. aku berpamitan untuk pergi. Ketika aku telah bersiap untuk pergi dengan cepat dia berlari menyebrangi jalan menujuku, sepertinya dia lupa untuk menyampaikan sesuatu kepada saya, tepat saat belum tiba di tempatku berpijak, dalam beberapa detik dia tergolek didepanku bersimbah darah. kamu tahu apa yang aku rasahkan? aku ingin menjadi buta dan tuli bersamaan. aku terpaku tak berdaya.kakiku memijak dengan sangat kuat. dia tertabrak.
ku lihat dia mengayunkan tangannya ke arahku. aku terkejut dalam ketakutan, dan berlari memeluknya.
aku berteriak sekeras-kerasnya agar dia segera di beri pertolongan. namun dia malah memelukku menggapai telingahku dan berusaha berbicara dengan terpaksa " Ira..titip salamku untuk Calistho. Bilang padanya aku mencintainya". dia tersenyum dalam pelukkanku. darahnya membasahi bajuku. kami berusaha memberikan pertolongan, namun takdir berkata lain. Dia telah pergi.
Senja ini aku ke makamnya.
Ku peluk pusaranya. aku sangat merindukannya.
ku ceritakan kisahku kepadanya. aku tahu dia mendengarku.
ku tangisi hidupku, dan aku tahu dia juga menangis.
dia telah meninggalkan ku 7 tahun yang lalu.
namun kisahnya membekas.
apalagi cintanya untuk sang pemilik nama Calishto.
Ku simpan sekuntum mawar hitam di sisi kiri pusaranya dengan sebuah kartu berbentuk hati berwarna merah
ku tuliskan namanya Calistya & Calistho.
ingatlah untuk memnyiapkan jawaban
aku ingin bertanya padamu jika nanti kita sempat bertemu.
cinta seperti apa lagi yang kamu inginkan? jika hatimu terlalu buta untuk melihat murninya cinta sahabatku untukmu?
semoga kamu tidak berpura-pura untuk bodoh
kamu tahu?
namamu yang terakhir disebut di saat nafas terakhrinya terhembus.
jika kamu sudah berbahagia sekarang,
aku hanya ingin meminta
jika 2 november tiba
nyalakanlah sebatang lilin di manapun kamu bisa
dan bilang "trimakasih untuk cintamu yang abadi Calistya"
El Mista Gracia
(yang selalu merindukan orang yang mencintaimu)
Penulis : Grachiela Do Nacimento