PadaMu adalah terang, yang menjadikan layu perlahan bernapas, dari tanah untuk akar, kuntum saling menyapa, dalam kamar yang diam nan pe...
Baca Juga :PadaMu adalah terang,
yang menjadikan layu perlahan bernapas,
dari tanah untuk akar,
kuntum saling menyapa,
dalam kamar yang diam nan perih,
dan patah yang tak berdarah,
sebagai pesan,
bahwa yang pergi adalah doa pelepasan-pertemuan.
Garis lurus kuyup disirami luka,
retak dan kusut,
adalah petunjuk dari waktu,
sebagai peringatan kekal,
sebab ketiadaan adalah neraka,
yang bernyala-nyala di ruang logika. Sepertinya musim sungguh menyebalkan,
menghidupkan tanpa menerima aroma,
mengeringkan tanpa sebuah kelembutan,
dan hanyalah malam,
tempat teduh bersayapkan rembulan,
aku suka menyebut namamu,
yang indah di antara barisan bintang-bintang. PadaMu adalah ingatan,
di mana segala luka telah tiada,
di mana segala amarah telah mencair,
saling merindu adalah air mata,
yang sama mengalir dengan bebas,
untuk berserah pada keabadian,
bahwa cinta adalah dua insan,
yang telah larut dalam satu hembusan.
Penulis : Silivester Kiik
yang menjadikan layu perlahan bernapas,
dari tanah untuk akar,
kuntum saling menyapa,
dalam kamar yang diam nan perih,
dan patah yang tak berdarah,
sebagai pesan,
bahwa yang pergi adalah doa pelepasan-pertemuan.
Garis lurus kuyup disirami luka,
retak dan kusut,
adalah petunjuk dari waktu,
sebagai peringatan kekal,
sebab ketiadaan adalah neraka,
yang bernyala-nyala di ruang logika. Sepertinya musim sungguh menyebalkan,
menghidupkan tanpa menerima aroma,
mengeringkan tanpa sebuah kelembutan,
dan hanyalah malam,
tempat teduh bersayapkan rembulan,
aku suka menyebut namamu,
yang indah di antara barisan bintang-bintang. PadaMu adalah ingatan,
di mana segala luka telah tiada,
di mana segala amarah telah mencair,
saling merindu adalah air mata,
yang sama mengalir dengan bebas,
untuk berserah pada keabadian,
bahwa cinta adalah dua insan,
yang telah larut dalam satu hembusan.
![]() |
Via Pixabay.com |
Baca Juga :