Baca Juga :
Angka 20 20 adalah angka penuh misteri yg membawa sejuta tantangan dan berbagai macam persoalan,budaya, ekonomi,politik, agama, dan segala macam krisis, krisis politik, ekonomi, krisis mental dan iman kemanusiaan,bukan hanya bagi satu orang saja melainkan semua kelompok orang yang ada di jagat bumi salah satunya adalah pandemi virus baru "COVID 19" yang menimbulkan berbagai persoalan tersebut diatas. Hal yg paling ditakutkan yg pernah diramalkan ratusan tahun akhirnya terjadi juga.
Namun diantara semua persoalan yang ada yg terjadi akibat adanya pandemi virus covid 19 bukanlah krisis politik ekonomi yg tampaknya bisa diatasi dengan berbagai macam cara namun yang paling parah adalah krisis mental yang dirasakan oleh berbagai kalangan terutama tentang mental iman dan kepercayaan bukan lagi menjadi sebuah wacana namun sudah menjadi fakta dalam kehidupan sehari -hari beberapa bulan terakhir dimana manusia dibatasi untuk berkomunikasi langsung, hal ini tentu mempengaruhi banyak sisi kehidupan, salah satunya adalah adab dan adat serta budaya.
![]() |
Covid-19 Membatasi Ruang Gerak. Photo via https://www.pexels.com/ |
Namun diantara semua persoalan yang ada yg terjadi akibat adanya pandemi virus covid 19 bukanlah krisis politik ekonomi yg tampaknya bisa diatasi dengan berbagai macam cara namun yang paling parah adalah krisis mental yang dirasakan oleh berbagai kalangan terutama tentang mental iman dan kepercayaan bukan lagi menjadi sebuah wacana namun sudah menjadi fakta dalam kehidupan sehari -hari beberapa bulan terakhir dimana manusia dibatasi untuk berkomunikasi langsung, hal ini tentu mempengaruhi banyak sisi kehidupan, salah satunya adalah adab dan adat serta budaya.
Saya khawatir segala budaya dan tata krama yg selama ini dibina, diwariskan bukan tidak mungkin akan semakin meredup dan perlahan2 hilang bagai mimpi di waktu fajar, budaya mencium tangan, hidung, dan semua budaya sapa menyapa antara anak dan orang Tua, antara sesama sauadara, antara yg lebih muda dengan yg lebih tua yg penuh dengan kasih sayang akan hilang dan membawa dampak yang begitu besar bagi kehidupan di era globalisasi dan modernisasi serta milenial.
![]() |
Masjid dan Kaabah Sepi. Photo via https://www.foreignaffairs.com/ |
Masjid - masjid yg dulunya ramai dipenuhi umat muslim, gereja -gereja yg setiap hari minggu dipenuhi umat dan jemaat tiba-tiba berubah sepi bagai tak berpenghuni. Ini tentu akan semakin mengikis mental dan iman semua umat manusia di bumi.
Secara manusiawi, jika tetap dibatasi keterlibatan dan pendalaman iman oleh para pemimpin umat maka sebelum berakhirnya virus ini saya bisa menyimpulkan segala macam adat, tradisi, dan budaya bahkan kepercayaan akan adanya sang "khalik" yang ada di negara ini akan hilang dan kita akan kembali ke budaya individualis yang sulit untuk ditekan,sistem kepercayaan animisme dan atheisme akan kembali dianut oleh kita masyarakat indonesia, yang paling menarik adalah iman dan mental dengan adanya covid 19 dimana tiba- tiba manusia dijauhkan keimanannya dari sistem kepercayaan yg dianut sejak dari manusia itu lahir bahwa puncak syukur manusia adalah ketika kita masuk dan bertemu Tuhan dalam rumahnya yang disebut gereja dan masjid untuk penganut agama kristen dan islam.
Pertanyaanya adalah apakah manusia itu akan tetap percaya kepada sang khalik ketika semua kebiasaan itu dirubah secara tiba-tiba? Perlu sebuah cara yg lebih baik agar mental iman dan kepercayaan itu harus tetap ada dan semakin bertumbuh subur walau dihadang virus mematikan yang memisahkan jarak antara kita, diam seribu bahasa tak mampu bertatap dan tak berucap yang kita tidak tahu kapan akan berakhirnya.
![]() |
Gereja Sepi. Photo via https://www.pexels.com/ |
Pertanyaanya adalah apakah manusia itu akan tetap percaya kepada sang khalik ketika semua kebiasaan itu dirubah secara tiba-tiba? Perlu sebuah cara yg lebih baik agar mental iman dan kepercayaan itu harus tetap ada dan semakin bertumbuh subur walau dihadang virus mematikan yang memisahkan jarak antara kita, diam seribu bahasa tak mampu bertatap dan tak berucap yang kita tidak tahu kapan akan berakhirnya.
Penulis : Benyamin Besin, S.Pd