Baca Juga :
Paskah Tahun ini sepih. Sedih dan haru akan mewarnai paskah tahun 2020 dan tak akan terhapuskan dalam catatan sejarah. Umat Kristen merayakan paskah di tengah situasi dunia yang sedang dijarah oleh COVID 19.
Kejayaan paskah tahun ini seolah kehilangan maknanya. Riuh, tempik sorak menjadi hening dimakan covid 19. Kekhasan paskah yang penuh sorak dan semarak mati lunglai di bawah cengkraman maut Covid 19.
Hari-hari ini, kita melihat gereja fisik sedang digenggam oleh virus korona, perayaan-perayaan suci ditangguhkan, paskah dirumahkan. Namun kita patut bersyukur bahwasannya, kita masih memiliki gereja roh yang hidup. Gereja roh inilah yang telah mengokohkan pijakan gereja di tengah pandemi ini.
Kini gereja mengalami pemurnian secara besar-besaran. Sebab iman yang dikehendaki oleh Kristus adalah iman dalam roh dan kebenaran. "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran"(Yoh 4:23)
Sejak diumumkan secara resmi oleh pemerintah bahwa Indonesia positif Covid 19 awal Maret lalu, sejak saat itulah perang melawan Covid 19 skala nasional dimulai. Kita hampir terseret dalam kelalahan sebab jumlah kematian melampaui yang sembuh.
Perang melawan covid 19 telah mengorbankan para pedagang, ojek online, pengemis dan pengamen. Institusi pendidikan dari jenjang SD hingga PT, harus diliburkan dini.
Saatnya kita membersihkan batin dan berjuang untuk mengeluarkan balok di mata kita kini dan di sini (Hic et Nunc). Kita terlampau hidup dalam satu ritual keagamaan yang munafik. Saatnya kita dibaharui. "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu akan binasa atas cara demikian".(Luk 13:2-3).
Pemerintah bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, setiap anjuran dari pemerintah harus dipatuhi. Mental banalitas harus dibasmi sebab covid 19 bukanlah cerita lucu. Ini adalah tentang kehidupan kita semua.
Mentalitas banal ini ditandai dengan sikap masa bodoh dengan anjuran pemerintah untuk menjaga jarak. Jalan raya masih ramai, pusat-pusat perbelanjaan masih ramai dikunjung, tempat-tempat rekreasi dipenuhi manusia. Sungguh miris sikap kita berhadapan dengan covid 19.
Covid 19 telah mengubah segalanya dalam sekejab mata. Ia datang dalam rupa pedang bermata dua, membunuh kecongkakan, kefasikan dan kemunafikan. Ia juga memurnikan iman kita mengajarkan puasa yan benar, ia mengajarkan bahwa semua ritual agama itu rapuh.
Tahun ini, paskah di rumah sendiri yakni hati dan budi kita. Tuhan tidak menjanjikan paskah di Bait Allah, di basilika-basilika, di katedral-katedral mewah. Tetapi Tuhan menjanjikan paskah sederhan di rumah sendiri.
Tuhan pada tahun ini paskah bersama murid-murid di rumah kita masing-masing. " Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya; Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku". (Mat 26:18).
Kejayaan paskah tahun ini seolah kehilangan maknanya. Riuh, tempik sorak menjadi hening dimakan covid 19. Kekhasan paskah yang penuh sorak dan semarak mati lunglai di bawah cengkraman maut Covid 19.
Hari-hari ini, kita melihat gereja fisik sedang digenggam oleh virus korona, perayaan-perayaan suci ditangguhkan, paskah dirumahkan. Namun kita patut bersyukur bahwasannya, kita masih memiliki gereja roh yang hidup. Gereja roh inilah yang telah mengokohkan pijakan gereja di tengah pandemi ini.
Kini gereja mengalami pemurnian secara besar-besaran. Sebab iman yang dikehendaki oleh Kristus adalah iman dalam roh dan kebenaran. "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran"(Yoh 4:23)
Anno Extra Ordinarium
Tahun ini adalah tahun luar biasa (anno extra ordinarium). Sebab hanya dalam tahun ini segala elemen kehidupan manusia dijarah oleh virus corona. Perang sedang berkecamuk. Dunia melawan musuh tak berwajah: COVID 19. Perang ini pecah pertama di Wuhan akhir 2019, kini merambat hingga seluruh dunia.Sejak diumumkan secara resmi oleh pemerintah bahwa Indonesia positif Covid 19 awal Maret lalu, sejak saat itulah perang melawan Covid 19 skala nasional dimulai. Kita hampir terseret dalam kelalahan sebab jumlah kematian melampaui yang sembuh.
Perang melawan covid 19 telah mengorbankan para pedagang, ojek online, pengemis dan pengamen. Institusi pendidikan dari jenjang SD hingga PT, harus diliburkan dini.
Hic et Nunc
Kita telah terlanjur mencibir Cina sebab di mata kita wabah covid 19 adalah hukuman bagi Cina atas kefasikan dan kecongkakannya. Kita tidak lebih dari Cina dan cibiran kita salah. "Mengapa engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di matamu tidak engkau ketahui?" (Mat 7:3)Saatnya kita membersihkan batin dan berjuang untuk mengeluarkan balok di mata kita kini dan di sini (Hic et Nunc). Kita terlampau hidup dalam satu ritual keagamaan yang munafik. Saatnya kita dibaharui. "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu akan binasa atas cara demikian".(Luk 13:2-3).
Banalitas
Mental banalitas masih cukup tinggi di tengah masyarakat kita terkait covid 19. Ketika pemerintah mewajibkan kita untuk melakukan pembatasan sosial dalam skala besar, kita merasa biasa-biasa saja. Bahkan melawan kebijakan tersebut.Pemerintah bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, setiap anjuran dari pemerintah harus dipatuhi. Mental banalitas harus dibasmi sebab covid 19 bukanlah cerita lucu. Ini adalah tentang kehidupan kita semua.
Mentalitas banal ini ditandai dengan sikap masa bodoh dengan anjuran pemerintah untuk menjaga jarak. Jalan raya masih ramai, pusat-pusat perbelanjaan masih ramai dikunjung, tempat-tempat rekreasi dipenuhi manusia. Sungguh miris sikap kita berhadapan dengan covid 19.
Tuhan Paskah di Rumah Kita
Paskah hampir tiba. Persiapan kita dalam masa prapaskah ini hampir purna. Sejak pengumuman untuk melakukan Social distance, oleh pemerintah, semua aktivitas keagamaan ditangguhkan. Jalan salib di rumah, misa live streaming, latihan koor, katekese dihentikan, sholat, umroh pun demikian.Covid 19 telah mengubah segalanya dalam sekejab mata. Ia datang dalam rupa pedang bermata dua, membunuh kecongkakan, kefasikan dan kemunafikan. Ia juga memurnikan iman kita mengajarkan puasa yan benar, ia mengajarkan bahwa semua ritual agama itu rapuh.
Tahun ini, paskah di rumah sendiri yakni hati dan budi kita. Tuhan tidak menjanjikan paskah di Bait Allah, di basilika-basilika, di katedral-katedral mewah. Tetapi Tuhan menjanjikan paskah sederhan di rumah sendiri.
Tuhan pada tahun ini paskah bersama murid-murid di rumah kita masing-masing. " Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya; Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku". (Mat 26:18).
Penulis : Yohanes Adrianus Siki
![]() |
Selamat Paskah . Photo by : Alena Koval; via Pexels.com |